MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH, PROBLEM BASED LEARNING (PBL), PROBLEM BASED INTRUCTIONAL (PBI)

Posted by Unknown Selasa, 05 November 2013 0 komentar
A.   Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah (poblem Based Intructional, Problem Based Learning)
Pembelajaran      berdasarkan   masalah   merupakan model pembelajaran dikembangkan secara  primer untuk membantu  siswa    mengembangkan          keterampilan  berpikir siswa, memecahkanmasalah dan keterampilan     intelektual. Model  pembelajaran     ini  berpusat   pada   peserta   didik   sehingga   siswa   dapat   belajar   bekerja   sama   dalam sebuah     kelompok     atau   mandiri.  Pendidik     diharapkan     dapat   memilih     situasi masalah yang dapat memotivasi siswa dalam melakukan penyeledikan.
Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world).

Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu metode pembelajaran yang menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan kepada peserta didik, sebelum peserta didik mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan.
Menurut     Arends     (1997:   158),  model     pembelajaran     berdasarkan     masalah merupakan   suatu   pendekatan   pembelajaran   dimana   siswa   mengerjakan   permasalahan otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berfikir tingkat lebih tinggi, dan mengembangkan kemandirian dan percaya diri.
Sedangkan       menurut     Nyimas     Aisyah     (2003:   14)    Model     pembelajaran berdasarkan masalah adalah salah satu model pembelajaran yang dapat membangkitkan aktifitas dan nalar siswa, sehingga kreativitas siswa dapat berkembang secara optimal.
Pembelajaran   berdasarkan   masalah   merupakan   pendekatan   yang   efektif   untuk pembelajaran   proses   berpikir   tingkat   tinggi.   Pembelajaran   ini   membantu   siswa untuk   memproses   informasi   yang   sudah   jadi   dalam   benaknya   dan   menyusun pengetahuan   mereka   sendiri   tentang  dunia   sosial   dan   sekitarnya.   Pembelajaran ini   cocok    untuk   mengembangkan         pengetahuan      dasar   maupun     kompleks (Ratumanan, 2000)

B.   Peranan Guru dan Peserta Didik dalam Pembelajan Berbasis Masalah dan Tujuan dan hasil dari Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Berdasarkan Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Peran guru, peserta didik dan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah dapat digambarkan berikut ini.

Guru sebagai Pelatih
Peserta Didik sebagai Problem Solver
Masalah sebagai Awal Tantangan dan Motivasi
o  Asking about thinking (bertanya tentang pemikiran).
o  Memonitor pembelajaran.
o  Probbing ( menantang peserta didik untuk berpikir ).
o  Menjaga agar peserta didik terlibat.
o  Mengatur dinamika kelompok.
o  Menjaga berlangsungnya proses.
o  Peserta yang aktif.
o  Terlibat langsung dalam pembelajaran.
o  Membangunpembelajaran.
o  Menarikuntuk dipecahkan.
o  Menyediakan kebutuhan yang ada hubungannya dengan pelajaran yang dipelajari.
Tujuan dan hasil dari model pembelajaran berbasis masalah ini adalah:
1.    Keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah
Pembelajaran berbasis masalah ini ditujukan untuk mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
2.    Pemodelan peranan orang dewasa.
Bentuk pembelajaran berbasis masalah penting menjembatani gap antara pembelajaran sekolah formal dengan aktivitas mental yang lebih praktis yang dijumpai di luar sekolah. Berikut ini aktivitas-aktivitas mental di luar sekolah yang dapat dikembangkan.
·         PBL mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas.
·         PBL memiliki elemen-elemen magang. Hal ini mendorong pengamatan dan dialog dengan yang lain sehingga peserta didik secara bertahap dapat memi peran yang diamati tersebut.
·         PBL melibatkan peserta didik dalam penyelidikan pilihan sendiri, yang memungkinkan mereka menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun femannya tentang fenomena itu.
3.    Belajar Pengarahan Sendiri (self directed learning)
Pembelajaran berbasis masalah berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus dapat menentukan sendiri apa yang harus dipelajari, dan dari mana informasi harus diperoleh, di bawah bimbingan guru.

C.   Langkah-langkah Operasional Implementasi dalam Proses Pembelajaran
Pembelajaran Berdasarkan Masalah biasanya terdiri dari 5 pokok tahapan yang dimulai dengan suatu masalah yang dihadapkan pada siswa dan mencapai puncak pada presentasi   atau   analisis   kerja   siswa   dan   pembuatan   laporan.   Adapun   langkah-langkah dalam   pelaksanaan   model   pembelajaran   berdasarkan   masalah  ini   adalah   seperti   Tabel  berikut ini 
Tahap                                    
Kegiatan Guru
Tahap 1
Menghadapkan siswa pada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan       hal-hal    penting    yang dianggap    perlu   dan  memotivasi    siswa dalam   melakukan   kegiatan   pemecahan masalah.
Tahap 2 Mengatur siswa untuk belajar                  
Guru   membantu   siswa   mendefinisikan dan      mengatur      tugas-tugas      yang berkaitan dengan masalah
Tahap 3 Membantu kebebasan dan investigasi
Guru       mendorong        siswa      dalammengumpulkan            informasi       yang diperlukan,    melaksanakan      eksperimen dan    penyelidikan    untuk    menjelaskan dan menyelesaikan masalah.
Tahap 4 Mengembangkan          dan     menyediakan alat-alat                                     
Guru       membantu         siswa      dalam perencanaan     dan   mempersiapkan     alat- alat    yang   diperlukan     seperti  diktat, video,    model,   dan   membantu     mereka untuk bekerjasama.
Tahap 5 Menganalisis   dan   mengevaluasi   proses pemecahan masalah
Guru        membantu         siswa      untuk merefleksikan      pada   penyelidikan    dan proses yang digunakan.
(Sumber: Arends, 1997: 173-177)

Sedangkan berdasrakan Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013, terdapat lima langkah dalam penerapan PBI atau PBL, yakni :
1.    Konsep dasar (Basic Concept)
Jika dipandang perlu, fasilitator dapat memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi, atau link dan skill yang diperlukan dalam pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik lebih cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran dan mendapatkan ‘peta’ yang akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran. Lebih jauh, hal ini diperlukan untuk memastikan peserta didik memperoleh kunci utama materi pembelajaran, sehingga tidak ada kemungkinan terlewatkan oleh peserta didik seperti yang dapat terjadi jika peserta didik mempelajari secara mandiri. Konsep yang diberikan tidak perlu detail, diutamakan dalam bentuk garis besar saja, sehingga peserta didik dapat mengembangkannya secara mandiri secara mendalam.
2.    Pendefinisian masalah (Defining the Problem)
Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan skenario atau permasalahan dan dalam kelompoknya, peserta didik melakukan berbagai kegiatan. Pertama, brainstorming yang dilaksanakan dengan cara semua anggota kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap skenario secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif pendapat. Setiap anggota kelompok memiliki hak yang sama dalam memberikan dan menyampaikan ide dalam diskusi serta mendokumentasikan secara tertulis pendapat masing-masing dalam kertas kerja.
Selain itu, setiap kelompok harus mencari istilah yang kurang dikenal dalam skenario tersebut dan berusaha mendiskusikan maksud dan artinya. Jika ada peserta didik yang mengetahui artinya, segera menjelaskan kepada teman yang lain. Jika ada bagian yang belum dapat dipecahkan dalam kelompok tersebut, ditulis dalam permasalahan kelompok. Selanjutnya, jika ada bagian yang belum dapat dipecahkan dalam kelompok tersebut, ditulis sebagai isu dalam permasalahan kelompok.
Kedua, melakukan seleksi alternatif untuk memilih pendapat yang lebih fokus. Ketiga, menentukan permasalahan dan melakukan pembagian tugas dalam kelompok untuk mencari referensi penyelesaian dari isu permasalahan yang didapat. Fasilitator memvalidasi pilihan-pilihan yang diambil peserta didik. Jika tujuan yang diinginkan oleh fasilitator belum disinggung oleh peserta didik, fasilitator mengusulkannya dengan memberikan alasannya. Pada akhir langkah peserta didik diharapkan memiliki gambaran yang jelas tentang apa saja yang mereka ketahui, apa saja yang mereka tidak ketahui, dan pengetahuan apa saja yang diperlukan untuk menjembataninya. Untuk memastikan setiap peserta didik mengikuti langkah ini, maka pendefinisian masalah dilakukan dengan mengikuti petunjuk.
3.    Pembelajaran mandiri (Self Learning)
Setelah mengetahui tugasnya, masing-masing peserta didik mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang sedang diinvestigasi. Sumber yang dimaksud dapat dalam bentuk artikel tertulis yang tersimpan di perpustakaan, halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang relevan. Tahap investigasi memiliki dua tujuan utama, yaitu: (1) agar peserta didik mencari informasi dan mengembangkan pemahaman yang relevan dengan permasalahan yang telah didiskusikan di kelas, dan (2) informasi dikumpulkan dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan informasi tersebut haruslah relevan dan dapat dipahami.
Di luar pertemuan dengan fasilitator, peserta didik bebas untuk mengadakan pertemuan dan melakukan berbagai kegiatan. Dalam pertemuan tersebut peserta didik akan saling bertukar informasi yang telah dikumpulkannya dan pengetahuan yang telah mereka bangun. Peserta didik juga harus mengorganisasi informasi yang didiskusikan, sehingga anggota kelompok lain dapat memahami relevansi terhadap permasalahan yang dihadapi.
4.    Pertukaran pengetahuan (Exchange knowledge)
Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam langkah pembelajaran mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara peserrta didik berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya.
Tiap kelompok menentukan ketua diskusi dan tiap peserta didik menyampaikan hasil pembelajaran mandiri dengan cara mengintegrasikan hasil pembelajaran mandiri untuk mendapatkan kesimpulan kelompok. Langkah selanjutnya presentasi hasil dalam pleno (kelas besar) dengan mengakomodasi masukan dari pleno, menentukan kesimpulan akhir, dan dokumentasi akhir. Untuk memastikan setiap peserta didik mengikuti langkah ini maka dilakukan dengan mengikuti petunjuk.
5.    Penilaian (Assessment)
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan. Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian. Sedangkan penilaian terhadap sikap dititikberatkan pada penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan partisipasi dalam diskusi, kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran. Bobot penilaian untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.

D.   Kelebihan Dan Kelemahan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBI atau PBL)
Beberapa kelebihan dan kelemahan model pembelajaran berdasarkan masalah adalah sebagai berikut:
1.)  Kelebihan:
a)    Penerapan      model   pembelajaran       berdasarkan     masalah    semata-mata     tidak   hanya menyajikan   informasi   untuk   diingat   siswa.   Jika   model   ini   menyajikan   informasi, maka     informasi    tersebut  digunakan     dalam   pemecahan      masalah,    sehingga   terjadi proses kebermaknaan terhadap informasi.
b)    Penerapan      model   pembelajaran      berdasarkan     masalah    membiasakan      siswa   untuk berinisiatif, berpikir secara aktif dalam proses belajar mengajar.
c)    Siswa   dapat   mengembangkan   keterampilan   dan   pengetahuan   dalam   memecahkan masalah.
d)    Penerapan  model  pembelajaran   berdasarkan   masalah              membiasakan   siswa   untuk lebih aktif dan mandiri.
d)
2.)  Kelemahan:
a)    Waktu yang diperlukan dalam proses belajar mengajar cenderung lebih banyak.
a)2)  Tidak dapat diterapkan pada semua materi.
a)

Daftar Pustaka

Arends.  1997. Classroom  In struction  and  Management.  New  York:  Mc  Graw -Hill

Companies Inc. Albanese, M.A. & Mitchell, S.. (1993). Problem BasedLearning: a Review of The Literature on Outcomes and Implementation Issues. Journal of Academic Medicine

Barrows, H.S. & Tamblyn, R.M.. (1980). Problem BasedLearning: an Approach to Medical Education. New York: Springer Publishing

Dahlan, M.D. (1990). Model-Model Mengajar . Bandung: Diponegoro. Sugiyono, Prof. Dr. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Das Salirawati, 2009, Penerapan Problem Based Learning Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Peserta Didik Dalam Memecahkan Masalah, Makalah

Duch, J. Barbara. (1995). Problems: A Key Factor in PBL. [Online]. Tersedia : http://www.udel.edu/pbl/cte/spr96-phys.html.  [21 Juli 2010].

Glazer, Evan. (2001). Problem Based Instruction. In M. Orey (Ed.), Emerging Perspectives on Learning, Teaching, and Technology [Online]. Tersedia: http://www.coe.uga.edu/epltt/ProblemBasedInstruct.htm. [17 Juni 2005].

Ibrahim, M dan Nur. (2005). Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: University Press

Karim, S., et al. (2007). Penerapan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Fisika serta Mengembangkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi dan Kecakapan Ilmiah. Proposal Hibah Kompetitif UPI 2007. Bandung: Tidak diterbitkan

Major, Claire,H dan Palmer, Betsy. 2001. Assessing the Effectiveness of Problem-Based Learning in Higher Education: Lessons from the Literature. [Online]. Tersedia : http://www.rapidintellect.com/AE Qweb/mop4spr01.htm [14 Juli 2010]

Melvin L. & Silberman. (1996). Active Learning: 101 Strategies to Teach any Subject. USA: Allyn & Bacon

Mudjiman, Haris. 2006. Belajar Mandiri. Surakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS dan UPT Penerbitan dan Percetakan UNS (UNS Press)

Nurhadi. (2004). Kurikulum 2004:  Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta: Grasindo

Nyimas Aisyah. 2003. Efek tivitas Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) pada mata pelajaran Matematika SLTP melalui pola kolaborati f . Jurnal pada Forum Kependidikan. FKIP Unsri, vol.23, No.1.

Proyek DUeLike Universitas Indonesia. (2002). Panduan Pelaksanaan Collaborative Learning& Problem BasedLearning. Depok: UI

Ratumanan.  2000.  Konstruktivisme  dan  Implikasinya  dalam  Pembelajaran (perkuliahan).  Makalah. FKIP Unpati Ambon. 

Siburian, Jodion. 2010. Model Pembelajaran Sains, Jambi: Universitas Jambi

Sudjana, D. (1982). Model Pembelajaran Pemecahan Masalah. Bandung : Lembaga Penelitian IKIP Bandung

Yamin, Martinis. 2011. Paradigma Baru Pembelajaran, Jambi: Gaung Persada Press


TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH, PROBLEM BASED LEARNING (PBL), PROBLEM BASED INTRUCTIONAL (PBI)
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://newedukasi.blogspot.com/2013/11/model-pembelajaran-berbasis-masalah.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.

0 komentar:

Posting Komentar

Tutorial SEO dan Blog support Online Shop Tas Wanita - Original design by Bamz | Copyright of NEW EDUCATIONS.