Laporan PTK : PENERAPAN METODE ESKPERIMEN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA IPA PADA MATERI MENGIDENTIFIKASI CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP DI KELAS VIID SMP
Sabtu, 02 November 2013
0
komentar
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan
cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau
prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan
IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri
sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam
menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan
pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar
menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan
untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat
membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang
alam sekitar.
IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari
untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat
diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu
dilakukan secara bijaksana untuk menjaga dan memelihara kelestarian
lingkungan. Di tingkat SMP/MTs
diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan,
teknologi, dan masyarakat) secara terpadu
yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya
melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara
bijaksana.
Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan dengan
menggunakan metode Pemecahan Masalah untuk
menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya
sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di
SMP/MTs menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui
penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.
Dalam kenyataannya, proses belajar mengajar
di SMP .......................... saat ini masih cenderung menggunakan metode
tradisional, aktivitas pembelajaran masih didominasi oleh metode ceramah,
sehingga hasil belajar siswa secara umum masih rendah. Berdasarkan data, masih banyak siswa Kelas VIID yang belum mampu mencapai nilai yang
dipersyaratkan, yaitu nilai 60. Siswa Kelas VIID SMP .......................... dinyatakan
telah tuntas belajar Ilmu Pengetahuan Alam apabila siswa mampu mencapai nilai 60.
Melihat kenyataan ini, saya selaku guru di SMP
.......................... berupaya meningkatkan hasil belajar siswa dengan mengoptimalkan
aktivitas pembelajaran, membuat alat
peraga murah, dan mendesain skenario pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan
siswa dalam belajar, misalnya dengan menerapkan
Metode belajar aktif, yaitu sebuah Metode pembelajaran yang penulis peroleh pada waktu pelatihan Ilmu Pengetahuan
Alam dalam kegiatan MGMP.
Untuk memecahkan masalah tersebut, penulis
berupaya dengan berbagai cara, salah satunya dengan mencoba menerapkan Metode Pemecahan Masalah . Melalui metode ini,
penulis berharap aktivitas dan hasil
belajar siswa dapat meningkat dengan
signifikan.
Melihat
kenyataan ini, penulis beranggapan bahwa penerapan Metode Pemecahan Masalah dalam
pembelajaran IPA dapat memecahkan
permasalahan yang dialami para guru dan siswa pada mata pelajaran IPA di Sekolah Dasar. Sehingga,
sekarang ini penerapan metode Pemecahan Masalah dalam mata pelajaran IPA menjadi tumpuan
harapan para guru dalam upaya
menghidupkan aktivitas siswa
dalam pembelajaran secara maksimal. Sehingga, Pelajaran IPA tidak lagi
dianggap sebagai mata pelajaran yang sama dengan pelajaran sastra yang sarat dengan hapalan-hapalan.
Dengan
penerapan metode pemecahan masalah diharapkan pembelajaran akan lebih bermakna,
menarik dan memuncukan kreativitas bagi
siswa karena Metode pemecahan masalah dapat dikatakan sebagai muara dalam
belajar IPA, sebab berbagai aspek (kognitif, afektif, dan psikomotor) terlibat
di dalamnya. Misalnya, jika kita sedang menghadapi permasalahan dengan meneliti
fenomena alam, maka siswa akan berupaya untuk mencari penyebab mengapa hal itu
bisa terjadi dengan menggunakan metode ilmiah yang dipahaminya. Di pihak lain
kita dituntut untuk menerima permasalahan sebagai suatu tantangan yang harus
dicarikan solusinya, dan akhirnya kita harus mempunyai kemampuan untuk
melaksanakan pemecahan masalah dalam bentuk perbuatan nyata.
Strategi pembelajaran dalam bidang studi IPA
dengan menggunakan metode Pemecahan Masalah lebih mementingkan proses daripada hasil belajar. Hasil pembelajaran
diharapkan lebih bermakna bagi anak untuk memecahkan persoalan, berpikir
kritis, dan melaksanakan observasi serta menarik kesimpulan dalam kehidupan
jangka panjangnya. Dalam konteks ini siswa harus mengerti apa makna belajar,
apa manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana cara mencapainya. Mereka
sadar bahwa yang mereka pelajari akan sangat berguna bagi kehidupannya nanti.
Dengan begitu mereka akan memposisikan sebagai dirinya sendiri yang memerlukan
suatu bekal untuk hidupnya nanti. Mereka mempelajari apa yang bermanfaat bagi
dirinya dan berupaya untuk mencapainya. Dalam upaya itu, mereka memerlukan guru
sebagai pengarah dan pembimbing bukan sekedar sebagai pengajar atau pentransfer
ilmu pengetahuan belaka.
Berdasarkan
permasalahan di atas, perlu dilakukan penelitian terhadap upaya peningkatan
aktivitas dan hasil belajar siswa dalam
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada Materi Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup dengan menggunakan metode eksperimen. Oleh karena itu, penulis
menetapkan judul penelitian “Penerapan
Metode Eskperimen Sebagai Upaya Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa
IPA pada Materi Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup di Kelas VIID
SMP .......................... ”.
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah
dalam penelitian ini, di antaranya :
1) Apakah
metode ekaperimen sesuai untuk digunakan pada mata pelajaran IPA dalam Materi Mengidentifikasi
Ciri-ciri Makhluk Hidup ?.
2) Bagaimanakan
cara menerapkan metode eksperiman pada Materi Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup dalam mata pelajaran IPA?.
3) Apakah
penerapan metode Pemecahan Masalah pada mata pelajaran IPA dalam Materi Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk
Hidup dapat meningkatkan aktivitas
siswa?.
4) Apakah metode Pemecahan Masalah sesuai digunakan dalam Materi Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk
Hidup pada mata pelajaran IPA
dibanding dengan metode yang lain ?.
5) Apakah
penerapan metode Pemecahan Masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam
pelajaran IPA pada Materi Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup?.
6)
Bagaimanakah hasil belajar siswa pada Materi Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup dalam mata pelajaran IPA dengan
menggunakan metode eksperimen?
7) Bagaimanakah
kesesuaian metode ekserimen pada Materi Mengidentifikasi
Ciri-ciri Makhluk Hidup dalam mata
pelajaran IPA?.
8) Apakah
terdapat peningkatan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran Materi Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk
Hidup dalam mata pelajaran IPA dengan
penggunaan metode Pemecahan Masalah ?.
9) Apakah
terdapat peningkatan hasil belajar siswa siswa
pada pembelajaran Materi Mengidentifikasi
Ciri-ciri Makhluk Hidup dalam mata
pelajaran IPA dengan penggunaan metode Pemecahan Masalah ?.
C. Batasan
Masalah
Berdasarkan maslah-masal
yang terdapat pada identifikasi masalah, maka perlu kiranya ada pembatasan
masalah. Adapaun pembatasan masalah dalam penelitian ini, antara lain :
1)
Penerapan metode Pemecahan Masalah pada mata pelajaran IPA dalam Materi Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk
Hidup dapat meningkatkan aktivitas
siswa.
2)
Penerapan metode Pemecahan Masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa
dalam pembelajaran IPA pada Materi Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup .
C. Rumusan Masalah
Masalah yang dijadikan
fokus penelitian harus dirumuskan secara
jelas dan operasional, sehingga nampak jelas ruang lingkupnya. Rumusan masalah dalam penelitian ini
penulis rumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1)
Apakah
penerapan metode Pemecahan Masalah pada mata pelajaran IPA dalam Materi Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk
Hidup dapat meningkatkan aktivitas
siswa?
2)
Apakah
penerapan metode Pemecahan Masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran IPA pada Materi Mengidentifikasi
Ciri-ciri Makhluk Hidup.
D. Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan penelitian yang dilakukan tentu mempunyai
tujuan yang ingin dicapai. Demikian pula dengan penelitian ini. Tujuan dalam
penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:
1)
Untuk
mengetahui bahwa metode Pemecahan Masalah pada pembelajaran IPA dalam Materi Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup dapat meningkatkan aktivitas siswa;
2)
Untuk
mengetahui penerapan metode Pemecahan Masalah dalam pembelajaran IPA Materi Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk
Hidup dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
E. Manfaat Penelitian
Segala
sesuatu kegiatan yang dilakukan tentu
mempunyai manfaat yang dapat diambil. Demikian pula dengan penelitian ini.
Manfaat bermanfaat bagi peneliti, siswa, guru dan lembaga.
1) Manfaat bagi
peneliti, hasil penelitian ini menambah wawasan dan disiplin ilmu pada umumnya
dan penerapan Metode Pemecahan Masalah pada pembelajaran IPA khususnya;
2) Manfaat bagi
siswa, hasil penelitian ini memudahkan siswa dalam menerima materi pelajaran;
3)
Manfaat bagi
guru untuk menambah wawasan dan disiplin ilmu terutama dalam merancang dan
memilih Metode pembelajaran yang dapat mengotimalkan potensi, kompetensi dan
kreativitas yang dimiliki siswa;
4) Sebagai
bahan masukan yang positif dalam pembinaan profesi guru dengan mempertimbangkan
tingkat kreativitas guru dalam merancang sistem pembelajaran yang aktif, kreatif
dan menyenangkan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran IPA
1.
Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,
sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa
fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan
suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi
peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut
dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya
menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi
agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan
untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat
membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang
alam sekitar.
Secara umum Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) di SMP/MTs,
meliputi mata pelajaran fisika, bumi antariksa, biologi, dan kimia yang
sebenarnya sangat berperan dalam membantu anak untuk memahami fenomena alam. Ilmu Pengetahuan
Alam merupakan pengetahuan ilmiah, yaitu
pengetahuan yang telah mengalami uji kebenaran melalui metode ilmiah, dengan
ciri: objektif, metodik, sistematis, universal, dan tentatif. Ilmu Pengetahuan
Alam merupakan ilmu yang pokok bahasannya adalah alam dan segala isinya.
Carin dan Sund (1993)
mendefinisikan IPA sebagai “pengetahuan yang sistematis dan tersusun
secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil
observasi dan eksperimen”.
Merujuk pada pengertian
IPA itu, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi empat unsur utama yaitu:
(1)
sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, mahluk hidup, serta
hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang
benar; IPA bersifat open ended;
(2)
proses: prosedur pemecahan masalah
melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis,
perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan
kesimpulan;
(3)
produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum;
(4)
aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan
sehari-hari.
Keempat unsur itu
merupakan ciri IPA yang utuh yang sebenarnya tidak dapat dipisahkan satu sama
lain.
Dalam proses
pembelajaran IPA keempat unsur itu
diharapkan dapat muncul, sehingga peserta didik dapat mengalami proses
pembelajaran secara utuh, memahami fenomena alam melalui kegiatan pemecahan
masalah, metode ilmiah, dan meniru cara ilmuwan bekerja dalam menemukan fakta
baru. Kecenderungan pembelajaran IPA
pada masa kini adalah peserta didik hanya mempelajari IPA sebagai produk, menghafalkan konsep, teori
dan hukum. Keadaan ini diperparah oleh pembelajaran yang beriorientasi pada
tes/ujian. Akibatnya IPA sebagai proses,
sikap, dan aplikasi tidak tersentuh dalam pembelajaran.
Pengalaman belajar yang
diperoleh di kelas tidak utuh dan tidak berorientasi tercapainya standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Pembelajaran lebih bersifat teacher-centered, guru hanya menyampaikan IPA sebagai produk dan peserta didik menghafal
informasi faktual. Peserta didik hanya mempelajari IPA pada domain kognitif yang terendah. Peserta
didik tidak dibiasakan untuk mengembangkan potensi berpikirnya. Fakta di
lapangan menunjukkan bahwa banyak peserta didik yang cenderung menjadi malas
berpikir secara mandiri. Cara berpikir yang dikembangkan dalam kegiatan belajar
belum menyentuh domain afektif dan
psikomotor. Alasan yang sering
dikemukakan oleh para guru adalah keterbatasan waktu, sarana, lingkungan
belajar, dan jumlah peserta didik per kelas yang terlalu banyak.
Abad 21 ditandai oleh
pesatnya perkembangan IPA dan teknologi
dalam berbagai bidang kehidupan di masyarakat, terutama teknologi informasi dan
komunikasi. Oleh karena itu, diperlukan cara pembelajaran yang dapat menyiapkan
peserta didik untuk melek IPA dan
teknologi, mampu berpikir logis, kritis, kreatif, serta dapat berargumentasi
secara benar. Dalam kenyataan, memang tidak banyak peserta didik yang menyukai
mata pelajaran IPA, karena dianggap sukar, keterbatasan kemampuan peserta
didik, atau karena mereka tak berminat
menjadi ilmuwan atau ahli teknologi. Namun demikian, mereka tetap berharap agar
pembelajaran IPA di sekolah dapat disajikan
secara menarik, efisien, dan efektif.
Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar yang akan dicapai peserta didik yang dituangkan dalam empat
aspek yaitu, makhluk hidup dan proses kehidupan, materi dan sifatnya, energi
dan perubahannya, serta bumi dan alam semesta.
Indikator pencapaian
kompetensi dikembangkan oleh sekolah, disesuaikan dengan lingkungan setempat,
dan media serta lingkungan belajar yang ada di sekolah. Semua ini ditujukan
agar guru dapat lebih aktif, kreatif, dan melakukan inovasi dalam pembelajaran
tanpa meninggalkan isi kurikulum.
Melalui pembelajaran IPA
terpadu, diharapkan peserta didik dapat membangun pengetahuannya melalui cara
kerja ilmiah, bekerja sama dalam kelompok, belajar berinteraksi dan
berkomunikasi, serta bersikap ilmiah.
2.
Karakteristik Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam
Ilmu
Pengetahuan
Alam
didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data
dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan
tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya. Ada tiga kemampuan dalam IPA yaitu:
(1) kemampuan untuk mengetahui apa yang diamati, (2) kemampuan untuk
memprediksi apa yang belum diamati, dan kemampuan untuk menguji tindak lanjut
hasil eksperimen, (3) dikembangkannya sikap ilmiah. Kegiatan pembelajaran IPA
mencakup pengembangan kemampuan dalam mengajukan pertanyaan, mencari jawaban,
memahami jawaban, menyempurnakan jawaban tentang “apa”, “mengapa”, dan
“bagaimana” tentang gejala alam maupun karakteristik alam sekitar melalui
cara-cara sistematis yang akan diterapkan dalam lingkungan dan teknologi. Kegiatan tersebut dikenal dengan kegiatan
ilmiah yang didasarkan pada metode ilmiah.
Metode ilmiah dalam mempelajari IPA itu sendiri telah diperkenalkan
sejak abad ke-16 (Galileo Galilei dan Francis Bacon) yang meliputi
mengidentifikasi masalah, menyusun hipotesa, memprediksi konsekuensi dari
hipotesis, melakukan eksperimen untuk menguji prediksi, dan merumuskan hukum
umum yang sederhana yang diorganisasikan dari hipotesis, prediksi, dan eksperimen.
Dalam belajar IPA
peserta didik diarahkan untuk membandingkan hasil prediksi peserta didik dengan
teori melalui eksperimen dengan
menggunakan metode ilmiah. Pendidikan IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi
wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitarnya,
serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari, yang didasarkan pada metode ilmiah. Pembelajaran IPA menekankan pada pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu memahami alam
sekitar melalui proses “mencari tahu” dan “berbuat”, hal ini akan membantu
peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam. Keterampilan dalam mencari tahu atau berbuat
tersebut dinamakan dengan keterampilan proses penyelidikan atau “enquiry
skills” yang meliputi mengamati, mengukur, menggolongkan, mengajukan
pertanyaan, menyusun hipotesis, merencanakan eksperimen untuk menjawab
pertanyaan, mengklasifikasikan,
mengolah, dan menganalisis data, menerapkan ide pada situasi baru,
menggunakan peralatan sederhana serta mengkomunikasikan informasi dalam
berbagai cara, yaitu dengan gambar, lisan, tulisan, dan sebagainya. Melalui keterampilan proses dikembangkan
sikap dan nilai yang meliputi rasa ingin tahu, jujur, sabar, terbuka, tidak percaya tahyul, kritis, tekun,
ulet, cermat, disiplin, peduli terhadap lingkungan, memperhatikan keselamatan
kerja, dan bekerja sama dengan orang lain.
Oleh karena itu pembelajaran IPA di sekolah sebaiknya: (1) memberikan pengalaman
pada peserta didik sehingga mereka kompeten melakukan pengukuran berbagai
besaran fisis, (2) menanamkan pada
peserta didik pentingnya pengamatan empiris dalam menguji suatu pernyataan
ilmiah (hipotesis). Hipotesis ini dapat berasal dari pengamatan terhadap
kejadian sehari-hari yang memerlukan pembuktian secara ilmiah, (3) latihan
berpikir kuantitatif yang mendukung kegiatan belajar matematika, yaitu sebagai
penerapan matematika pada masalah-masalah nyata yang berkaitan dengan peristiwa
alam, (4) memperkenalkan dunia teknologi
melalui kegiatan kreatif dalam kegiatan perancangan
dan pembuatan alat-alat sederhana maupun penjelasan berbagai gejala dan
keampuhan IPA dalam menjawab berbagai masalah.
3.
Tujuan Pembelajaran IPA Terpadu
Tujuan pembelajaran IPA Terpadu
adalah sebagai berikut.
a)
Meningkatkan efisiensi
dan efektivitas pembelajaran
Dalam Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai peserta didik masih dalam lingkup
disiplin ilmu fisika, kimia, dan biologi. Banyak ahli yang menyatakan pembelajaran
IPA yang disajikan secara disiplin
keilmuan dianggap terlalu dini bagi anak usia 7-14 tahun, karena anak pada usia
ini masih dalam transisi dari tingkat berpikir operasional konkret ke berpikir
abstrak. Lagi pula, anak melihat dunia sekitarnya masih secara holistik. Atas
dasar itu, pembelajaran IPA hendaknya
disajikan dalam bentuk yang utuh dan tidak parsial. Di samping itu pembelajaran
yang disajikan terpisah-pisah dalam fisika, biologi, kimia, dan bumi-alam
semesta memungkinkan adanya tumpang tindih dan pengulangan, sehingga
membutuhkan waktu dan energi yang lebih banyak, serta membosankan bagi peserta
didik. Bila konsep yang tumpang tindih dan pengulangan dapat dipadukan, maka
pembelajaran akan lebih efisien dan efektif.
Keterpaduan mata pelajaran dapat mendorong guru untuk
mengembangkan kreativitas tinggi karena adanya tuntutan untuk memahami keterkaitan antara satu
materi dengan materi yang lain. Guru dituntut memiliki kecermatan, kemampuan
analitik, dan kemampuan kategorik agar dapat memahami keterkaitan atau kesamaan
materi maupun metodologi.
b) Meningkatkan
minat dan motivasi
Pembelajaran terpadu memberikan peluang bagi
guru untuk mengembangkan situasi pembelajaan yang utuh, menyeluruh, dinamis,
dan bermakna sesuai dengan harapan dan kemampuan guru, serta kebutuhan dan
kesiapan peserta didik. Dalam hal ini, pembelajaran terpadu memberikan peluang
bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan tema yang disampaikan.
Pembelajaran IPA Terpadu dapat mempermudah
dan memotivasi peserta didik untuk mengenal, menerima, menyerap, dan memahami
keterkaitan atau hubungan antara konsep pengetahuan dan nilai atau tindakan
yang termuat dalam tema tersebut. Dengan
model pembelajaran yang terpadu dan sesuai dengan kehidupan sehari-hari,
peserta didik digiring untuk berpikir luas dan mendalam untuk menangkap dan
memahami hubungan konseptual yang disajikan guru. Selanjutnya peserta didik
akan terbiasa berpikir terarah, teratur, utuh, menyeluruh, sistemik, dan
analitik. Peserta didik akan lebih termotivasi dalam belajar bila mereka merasa
bahwa pembelajaran itu bermakna baginya, dan bila mereka berhasil menerapkan
apa yang telah dipelajarinya.
c) Beberapa
kompetensi dasar dapat dicapai sekaligus
Model pembelajaran IPA terpadu dapat menghemat waktu, tenaga, dan
sarana, serta biaya karena pembelajaran beberapa kompetensi dasar dapat
diajarkan sekaligus. Di samping itu, pembelajaran terpadu juga menyederhanakan
langkah-langkah pembelajaran. Hal ini terjadi karena adanya proses pemaduan dan
penyatuan sejumlah standar kompetensi, kompetensi dasar, dan langkah
pembelajaran yang dipandang memiliki kesamaan atau keterkaitan.
B. Metode Pemecahan Masalah
Di
dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat
belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah
satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus menguasai teknik-teknik
penyajian, atau biasanya disebut metode mengajar.
Dalam
kenyataan, cara atau metode mengajar atau teknik penyajian yang digunakan guru
untuk menyampaikan informasi atau massage
lisan kepada siswa berbeda dengan
cara yang ditempuh untuk memantapkan siswa dalam menguasai pengetahuan,
keterampilan serta sikap. Metode yang digunakan untuk memotivasi siswa agar
mampu menggunakan pengetahuannya untuk memecahkan masalah yang dihadapi ataupun
untuk menjawab suatu pertanyaan akan berbeda dengan metode yang digunakan untuk
tujuan agar siswa mampu berpikir dan mengemukakan pendapatnya sendiri di dalam
menghadapi segala persoalan.
Metode
pemecahan masalah digunakan dalam pembelajaran yang membutuhkan jawaban atau
pemecahan masalah. Sebagai metode
mengajar, metode pemecahan masalah sangat baik bagi pembinaan sikap ilmiah pada
siswa. Dengan metode ini, para siswa belajar memecahkan suatu masalah menurut
prosedur kerja ilmiah.
1. Pengertian Metode Pemecahan
Masalah
Menurut Nahrowi Adjie dan Maulana, (2006 :
37) pembelajaran pemecahan masalah IPA dapat dikatakan sebagai muara dalam
belajar IPA, sebab berbagai aspek (kognitif, afektif, dan psikomotor) terlibat
di dalamnya.
Metode
pemecahan masalah menurut Sudirman, dkk. (1991 : 146) adalah cara penyajian
bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk
dianalisis dan disintesis dalam usaha mencari pemecahan atau jawabannya oleh
siswa.
Metode
pemecahan masalah ini sering dinamakan atau disebut juga dengan eksperimen method, reflective thinking method, atau scientific method (Sudirman, dkk., 1991 : 146).
Dengan
demikian, metode pemecahan masalah adalah sebuah metode pembelajaran yang berupaya membahas
permasalahan untuk mencari pemecahan
atau jawabannya. Sebagaimana metode mengajar, metode pemecahan masalah
sangat baik bagi pembinaan sikap ilmiah pada para siswa. Dengan metode ini,
siswa belajar memecahkan suatu masalah menurut prosedur kerja metode ilmiah.
2. Langkah-langkah Metode Pemecahan
Masalah
Dalam
garis besarnya langkah-langkah metode pemecahan masalah dapat disarikan sebagai
berikut:
a.
Adanya
masalah yang dipandang penting;
b.
Merumuskan
masalah;
c.
Analisa
hipotesa;
d.
Mengumpulkan
data;
e.
Analisa
data;
f.
Mengambil
kesimpulan
g.
Aplikasi
(penerapan) dari kesimpulan yang diperoleh; dan
h.
Menilai
kembali seluruh proses pemecahan masalah (Depdikbud, 1997: 23).
Dengan cara tersebut diharapkan
anak-anak didik untuk berpikir dan bekerja sesuai dengan prinsip-prinsip
ilmiah. Metode ini lebih tepat digunakan di kelas tinggi.
Sedangkan menurut Nahrowi Adjie
dan Maulana (2006 : 46-51)
langkah-langkah penyelesaian masalah antara lain adalah; (1) memahami soal, (2)
memilih pendekatan atau strategi, (3) menyelesaikan model, dan (4) menafsirkan
solusi.
Pada prinsipnya kedua langkah
penyelesaian masalah di atas adalah sama, hanya saja pendapat yang kedua lebih
singkat dan padat. Berkaitan dengan
masalah penelitian ini penulis lebih cenderung menggunakan langkah-langkah
penyelesaian masalah matematika yang dikemukakan oleh Nahrowi Adjie dan
Maulana, karena lebih sederhana dan mudah dipahami.
3. Teknik Pembelajaran Pemecahan
Masalah IPA
Salah satu tugas guru dalam proses
pembelajaran adalah memilih metode dan teknik pembelajaran, di samping
menentukan tujuan, mendalami materi, memilih alat/media, dan menentukan alat
evaluasi. Keterampilan guru dalam menentukan teknik pembelajaran yang tepat
akan sangat menentukan terhadap tingkat keberhasilan pembelajaran. Oleh karena
itu, guru harus profesional dalam menentukan teknik pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik Materi pembelajaran.
C. Aktivitas
Belajar
Mengajar adalah membimbing
kegiatan belajar siswa sehingga ia mau belajar. “ Teaching is the guidance of learning activities, teaching is for
purfose of aiding the pupil learn,” demikian pendapat William Burton.
Dengan demikian, aktivitas sangat
diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar sehingga muridlah yang seharusnya
terlibat aktif, sebab murid sebagai subjek didik adalah yang merencanakan,
dania sendiri yang melaksanakan belajar mengajar (Usman, 1995: 21).
Aktivitas memiliki pengertian
sebagai kegiatan yang dilakukan seseorang. Aktivitas berasal dari bahasa
Inggris Activity diartikan sebagai kegiatan. Sedangkan dalama Kamus Besar
Bahasa Indonesia, aktivitas adalah kerja atau salah satu kegiatan kerja yang
dilaksanakan (Depdikbud, 1989: 17).
Pada kenyataan di sekolah-sekolah
sering guru yang aktif sehingga murid
tidak diberi kesempatan untulk aktif. Betapa pentingnya aktivitas murid dalam
proses belajar mengajar sehingga John Dewey, sebagai tokoh pendidikan,
mengemukakan prinsip ini melalui metode proyeknya dengan semboyan learning by
doing. Bahkan jauh sebelumnya para tokoh pendidikan lainnya seperti Rousseau,
Pestalozi, Frobel, dan Montessory telah mendukung prinsip aktivitas dalam
pengajaran ini.
Menurut Usman (1995: 22)
aktivitas belajar murid yang dimaksud disini adalah aktivitas jasmaniah maupun
aktivitas mental. Aktivitas belajar murid dapat digolongkan ke dalam beberapa
hal.
(1)
Aktivitas
visual (visual activities) seperti
membaca, menulis, melakukan eksperimen, dan demontrasi;
(2)
Aktivitas
lisan (oral activities) seperti
bercerita, membaca sajak, tanya jawab,
diskusi dan menyanyi;
(3)
Aktivitas
mendengarkan (listening activities)
seperti mendengarkan penjelasan guru, ceramah, pengarahan;
(4)
Aktivitas
gerak (motor activities) seperti
senam, atletik, menari, melukis; dan
(5)
Aktivitas
menulis (writing activities) seperti
mengarang, membuat makalah, membuat surat .
Setiap jenis aktivitas tersebut
di atas memiliki kadar atau bobot yang berbeda bergantung pada segi tujuan mana
ayang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Yang jelas, aktivitas
kegiatan belajar murid hendaknya memiliki kadar atau bobot yang lebih tinggi.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
aktivitas belajar mertupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mencapai
perubahan tingkah laku. Aktivitas belajar siswa merupakan kegiatan yang sangat
penting dalam belajar karena tanpa aktivitas belajar tidak mungkin
pembealajaran yang dilaksanakan dapat berlangsung dengan baik.
D. Hasil
Belajar
Menurut Usman, (2001: 5) “Belajar
dapat diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat
adanya interaksi antara individu dan individu dengan lingkungannya”. Dalam
pengertian ini ada kata perubahan yang berarti bahwa seseorang telah mengalami
proses belajar, ia akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek
pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Misalnya dari tidak
bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari ragu-ragu menjadi
yakin, dari tidak sopan menjadi sopan. Oleh karena itu, kriteria keberhasilan
belajar di antaranya ditandai dengan terjadinya perubahan tingkah laku pada
diri individu yang belajar.
Menurut Hamalik (2001: 30)
“Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak
pada setiap perubahan pada setiap
aspek-aspek tersebut. Adapun aspek-aspek
itu adalah pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi,
emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap.
Dalam sistem pendidikan nasional
rumusan tujuan pendidikan baik tujuan kurikuler mapun instruksional menggunakan
klasifikasi hasil belajar yang dikembangkan Benyamin S. Bloom. Secara garis
besar Bloom membagi hasil belajar dalam tiga ranah atau takson yakin; ranah
kognitif, afektif dan psikomotor, sehingga kemudian tiga ranah ini disebut Taksonomi Bloom.
BAB III METODOLOGI
PENELITIAN
A. Objek Tindakan
Yang menjadi objek tindakan dalam penelitian
ini adalah siswa Kelas VIID SMP
.......................... berjumlah 36 orang siswa yang terdiri dari 19 siswa
laki-laki 17 siswa perempuan.
B. Subyek dan Lokasi penelitian
Subyek utama dalam penelitian ini adalah
kegiatan pembelajaran Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup dengan
menggunakan metode pemecahan masalah Kelas VIID
SMP ..........................
Kegiatan penelitian dilaksanakan di SMP
.......................... pada jadwal pelajaran IPA dengan Materi Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup ,
yang menjadi pertimbangan peneliti menetapkan SMP .......................... sebagai lokasi atau tempat penelitian adalah
letaknya yang strategis, dan hanya berjarak 100 meter dari pusat pemerintahan serta
berada di tengah kota sekaligus sebagai
tempat mengajar peneliti serta izin dan penerimaan yang terbuka dari seluruh
guru dan kepala sekolah.
C. Metode Pengumpulan Data
Penelitian
pada hakekatnya merupakan pembuktian dari hipotesis, dalam pelaksanaannya
untuk mencapai tujuan diperlukan metode
yang tepat. Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan metode Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Penulis memilih metode ini karena dalam pelaksanaannya
membutuhkan tindakan yang komprehensip terhadap seluruh unsur yang terlibat
dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga diperoleh sesuatu hasil atau solusi
berupa pemecahan masalah. Hasil itulah yang akan menegaskan bagaimana hubungan
kausal antara siklus-siklus yang di selidiki.
John Elliot mendefinisikan bahwa
yang dimaksud dengan PTK ialah kajian tentang situasi sosial dengan maksud
untuk meningkatkan kualitas tindakan di dalamnya. Seluruh prosesnya, telaah,
diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan pengaruh menciptakan
lingkungan yang diperlukan (Jhon Eliot dalam Depdiknas, 2003 : 7).
Kemmis
dan Mac Taggart (dalam Depdiknas, 2003 : 7),
mendefinisikan bahwa yang
dimaksud dengan PTK adalah suatu bentuk refleksi diri kolektif yang dilakukan
oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial
untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik-praktik itu dan
terhadap situasi tempat dilakukan praktik-praktik tersebut.
Dalam upaya memperoleh fakta riil
tentang penerapan Metode pembelajaran
pemecahan masalah dalam penelitian ini, penulis menggunakan model Penelitian
Tindakan Kelas yang dikembangkan oleh Stephen
Kemmis dan MacTaggart. Model yang dikembangkan oleh
kedua ahli ini mengembangkan empat komponen Penelitian Tindakan Kelas yang
meliputi; (1) perencanaan (planning);
(2) aksi/tindakan (acting); (3)
observasi (observing); dan (5)
refleksi (reflecting).
Model Penelitian Tindakan Kelas yang
dikembangkan Kemmis dan McTaggart, ada beberapa kegiatan atau langkah yang
dilakukan sesudah suatu siklus selesai diimplementasikan, khususnya sesudah
adanya refleksi, kemudian diikuti dengan adanya perencanaan ulang (replanning) atau revisi terhadap
implementasi siklus sebelumnya. Selanjutnya, berdasarkan perencanaan ulang (replanning) tersebut dilaksanakan dalam
siklus tersendiri. Demikian untuk seterusnya, satu siklus diikuti dengan siklus
berikutnya, sehingga Penelitian Tindakan Kelas yang dikembangkan Kemmis dan
McTaggart dapat dilakukan dengan beberapa kali siklus. Pada kegiatan refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan
mempertimbangkan atas hasil atau dampak dari tindakan dari berbagai criteria.
Berdasarkan hasil refleksi ini, peneliti bersama-sama guru melakukan revisi
atau perbaikan terhadap rencana awal. Untuk mendapatklan gambaran yang lebih
lengkap, berikut ini penulis paparkan gambaran siklus
D. Metode Analisis Data
Dalam
mengumpulkan dan mengolah data, penulis menggunakan berbagai teknik penelitian untuk mendapatkan
atau menjaring data penelitian. Teknik penelitian yang digunakan adalah telaah
pustaka, observasi, dan teknik pemecahan
masalahan.
Pelaksanaan penelitian, diawali dengan
mengidentifikasi permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk
Hidup dengan menggunakan Metode pemecahan masalah. Kegiatan ini dilaksanakan pada setiap
tahap siklus, untuk selanjutnya permasalahan tersebut diidentifikasi dengan
menggunakan tindakan berdasarkan langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) model Kemmis dan McTaggart.
Penulis beranggapan model ini mudah dipahami dan langkah-langkah
kegiatannya jelas. Langkah-langkah kegiatan
yang penulis rancang sesuai dengan
siklus tindakan perbaikan yang dikembangkan Kemmis dan McTaggart, adalah
sebagai berikut:
1.
Siklus I
Berdasarkan
hasil diskusi pada tahap refleksi dalam kegiatan pra siklus, disepakati untuk
menyusun sebuah perencanaan kegiatan, sebagai berikut:
a) Perencanaan
1)
Membuat RPP
tentang pembelajaran Mengidentifikasi
Ciri-ciri Makhluk Hidup ;
2)
Menyiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan dalam proses pembelajaran Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk
Hidup ;
3)
Guru
merencanakan penggunaan metode pemecahan masalah dalam pembelajaran Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup dan siswa harus terlibat secara aktif
selama proses pembelajaran berlangsung;
4)
Peneliti
membuat daftar pertanyaan untuk wawancara dengan guru Kelas VIID SMP .......................... , dalam hal
ini bertindak sebagai responden;
5)
Peneliti dan
guru Kelas VIID membuat daftar analisis
portofolio hasil belajar IPA yang didokumentasikan dalam bentuk portofolio.
6)
Peneliti mempersiapkan
pedoman observasi untuk guru dan siswa; dan
7)
Memeriksa
hasil evaluasi siswa pada pembelajaran yang baru diobservasi.
b) Tindakan
Pada tahap ini guru, mulai
melakukan tindakan yang telah direncanakan pada tahap perencanaan.
1) Guru
melaksanakan pembelajaran matematika di Kelas VIID SMP .......................... pada Materi Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk
Hidup dengan menggunakan metode
pemecahan masalah;
2) Penulis mengamati secara cermat aktivitas guru dan siswa dengan menggunakan pedoman
observasi; dan
3) Peneliti
mengidentifikasi aktifitas pembelajaran dan mencatat dengan cermat setiap poin
yang terlihat sesuai dengan data yang muncul dalam pembelajaran;
4)
Peneliti dan
guru memeriksa hasil belajar siswa setelah pembelajaran berakhir.
c) Observasi
Pada tahap ini peneliti mengamati proses
pembelajaran IPA yang berlangsung di
kelas dengan menggunakan pedoman observasi. Aktivitas guru dan siswa dalam
pembelajaran diamati secara cermat, termsuk kelemahan dan kekurangan yang
muncul ketika guru melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode
pemecahan masalah. Data tentang kekurangan dan kelemahan guru dalam kegiatan
pembelajaran pada siklus I, dijadikan acuan pertimbangan bahan refleksi dan
perbaikan pada kegiatan siklus berikutnya.
d) Refleksi
Pada kegiatan refleksi, peneliti
bersama guru berdiskusi kembali tentang hasil yang diperoleh pada tahap observasi, kemudian berupaya dengan cermat mengkaji aktivitas pembelajaran yang tidak sesuai
dan masih terdapat kekurangan atau
kelemahan untuk diperbaiki pada langkah
selanjutnya dalam siklus kedua.
1.1
Indikator Keberhasilan
Indikator
keberhasilan tindakan biasanya ditetapkan berdasarkan suatu ukuran standar yang
berlaku. Misalnya, pencapaian penguasaan kompetensi sebesar 75% ditetapkan
sebagai ambang batas ketuntasan belajar pada saat dilaksanakan tes awal, nilai
peserta didik berkisar pada angka 60), maka pencapaian hasil yang belum sampai
70-75% diartikan perlu dilakukan tindakan lagi atau siklus berikutnya (Uzher,
1993). Berdasarkan nilai KKM kelas yaitu 60, maka indikator keberhasilan untuk
siklus I adalah apabila prosentase kelulusan mencapai 35-70%.
2. Siklus II
Siklus kedua dilakukan sebagai upaya
perbaikan pada tindakan hasil observasi pada siklus pertama. Siklus kedua
penulis susun dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a)
Perencanaan
Peneliti merencanakan suatu
tindakan yang dapat memperbaiki serta mengatasi kekurangan-kekurangan yang
terjadi pada siklus I sehingga diperoleh hasil yang lebih baik sesuai dengan tujuan
penelitian yang telah ditetapkan.
1)
Peneliti
menyusun pedoman observasi untuk guru dan siswa;
2)
Peneliti dan
guru menyusun dan merevisi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada Materi Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk
Hidup ;
3)
Guru dibantu
peneliti, mempersiapkan alat peraga dan sarana penunjang pembelajaran lainnya
yang dibutuhkan.
b) Tindakan
Pada tahap tindakan, guru melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana
yang telah disusun pada tahap perencanaan.
1)
Guru
mempraktekan kegiatan pembelajaran dengan berpedoman pada Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran hasil perbaikan pada Materi Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk
Hidup ;
2)
Peneliti
mengamati dengan cermat kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan pedoman
observasi;
3)
Peneliti
mengadakan wawancara dengan guru dan salah seorang siswa sebagai perwakilan
siswa tentang proses pembelajaran dengan menggunakan metode pemecahan masalah;
dan
4)
Peneliti dan
guru memeriksa dan menginterpretasikan
data hasil belajar siswa.
c) Observasi
Pada tahap observasi, peneliti
mengamati aktivitas belajar mengajar siswa dan guru dengan mencatat hal-hal
yang belum dilaksanakan guru. Hal-hal yang belum dilaksanakan guru dan siswa
pada siklus kedua akan dijadikan bahan refleksi untuk perbaikan pada siklus
ketiga.
d)
Refleksi
Peneliti dan guru mengadakan diskusi
mengenai proses pembelajaran yang telah dilaksanakan dan membicarakan kelemahan
dan kekurangan yang ditemukan pada pembelajaran siklus kedua. Peneliti dan guru
mengevaluasi temuan-temuan yang dihasilkan melalui observasi yang berkaitan
dengan aktivitas guru dan siswa.
2.1 Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan pada
siklus II diambil berdasarkan dari hasil nilai rata-rata siswa yang didapat
pada siklus I yaitu antara 70-80%
E. Instrumen
Penelitian
Suharsimi
Arikunto (1999: 173) mengemukakan bahwa “instrumen adalah alat pada waktu
peneliti menggunakan metode”. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan instrumen
tes, observasi, dan dokumentasi.
Instrumen penelitian yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik dalam mengumpulkan data,
adapun teknik tersebut adalah:
1. Test
Test dalam penelitian ini adalah test tertulis obyektif dengan
bentuk soal isian yang diberikan untuk mengetahui tingkat daya serap siswa
terhadap materi pembelajaran pada Materi Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk
Hidup . Dari hasil tes akan diperoleh data yang valid tentang kemampuan
siswa dalam memahami Materi pembelajaran Mengidentifikasi
Ciri-ciri Makhluk Hidup dan hasil
belajar siswa dalam pembelajaran IPA. Kriteria penilaian yang digunakan adalah
setiap soal mempunyai bobot nilai dua jika siswa menjawab benar dan kosong jika
siswa tidak dapat menjawab soal dengan benar. Jumlah soal 10 buah masing-masing
soal mempunyai skor 1, jadi total skor
10.
2. Observasi
Kegiatan observasi dilakukan untuk mengamati secara seksama setiap
aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran IPA. Kegiatan observasi ini dilakukan
secara langsung terhadap objek dan subjek penelitian untuk mendapatkan gambaran
yang nyata tentang aktivitas pembelajaran yang dilaksanakan.
Observasi pada siswa dilakukan
untuk mengetahui motivasi dan aktivitas siswa dalam pembelajaran Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk
Hidup dengan menggunakan Metode Pemecahan Masalah.
Kriteria penilaian yang digunakan
adalah jika anak menjawab aktif maka nilainya 1 dan jika menjawab tidak aktif
mendapat nilai 0. Total skor ideal atau
nilai yang diperoleh adalah 10.
3. Dokumentasi
Dokumentasi pada pelaksanaannya adalah mendokumentasikan kegiatan
pembelajaran melalui foto kegiatan. Untuk itu, dalam penelitian ini penulis
menggunakan kamera foto untuk mendokumentasikan kegiatan yang berlangsung. Foto
kegiatan pembelajaran akan memperlihatkan secara visual aktivitas siswa pada
saat pembelajaran IPA berlangsung dalam Materi Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk
Hidup dengan menggunakan penerapan metode Pemecahan Masalah .
F. Cara Pengambilan Keputusan
Langkah awal yang dilakukan setelah data
terkumpul adalah melakukan editing, yang artinya data perlu dibaca kembali
untuk melihat dan memperbaiki kualitas data yang diperoleh. Sebenarnya maksud
diadakannya editing adalah untuk melihat apakah data tersebut bersifat
konsisten atau tidak.
Data yang telah terkumpul menjadi acuan
dalam melakukan analisis dan verifikasi data yang diperoleh selama kegiatan
penelitian berlangsung. Data yang telah terkumpul kemudian diseleksi,
dikelompokkan dan divalidasi.
Data yang telah diseleksi dan
dikelompokkan selanjutnya dimodifikasi sesuai dengan model yang dikembangkan.
Penelitian yang penulis lakukan ditujukan pada aktivitas siswa dan guru dalam
pembelajaran. Sehingga, data yang dikumpulkan merupakan data dari perilaku
peserta didik dan guru dalam pembelajaran, yaitu meliputi tingkat keaktifan dan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA dalam pembelajaran Materi Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk
Hidup dengan menggunakan Metode pemecahan
masalah.
Secara garis besar pengolahan data dalam penelitian ini mencakup tiga tahap,
yaitu tahap persiapan, pentabulasian dan penerapan data. Tahap persiapan
meliputi; (1) mengecek kelengkapan data dan alat pengumpul data; (2) membuat
persentase (%) keberhasilan pembelajaran. Tahap pentabulasian data, meliputi
(1) penilaian terhadap kegiatan yang dilakukan siswa dan guru mulai dari
perencanaan, pelaksanaan dan evalusai pembelajaran; (2) pemberian skor atau
nilai terhadap hasil tes IPA pada Materi Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk
Hidup . Skor nilai yang diperoleh siswa kemudian dikumpulkan dan
dirata-ratakan pada setiap siklusnya;
dan (3) menjumlahkan nilai hasil belajar siswa untuk menentukan prosesntase
keberhasilan pembelajaran. Tahap Penerapan data, pada tahap ini peneliti
berupaya menafsirkan hasil penelitian sesuai dengan hipotesis tindakan yang
diajukan. Pada tahap penerapan data ini, benar atau tidaknya hipotesis yang
diajukan dapat diketahui; hipotesis diterima atau ditolak. Maka dengan
demikian, peneliti dapat menentukan kesimpulan akhir dari penelitian yang
dilakukan terhadap seluruh rangkaian pembelajaran yang telah dilaksanakan.
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Laporan PTK : PENERAPAN METODE ESKPERIMEN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA IPA PADA MATERI MENGIDENTIFIKASI CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP DI KELAS VIID SMP
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://newedukasi.blogspot.com/2013/11/laporan-ptk-penerapan-metode-eskperimen_9948.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar:
Posting Komentar