Laporan PTK: PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA MATERI PEMBELAJARAN PECAHAN SEDERHANA DI KELAS III

Posted by Unknown Jumat, 01 November 2013 0 komentar
A.     Latar Belakang Masalah
 Pengelolaan pendidikan memegang peranan yang teramat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Umaedi (1999) mengatakan bahwa Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses  peningkatan kualitas sumber  daya manusia itu sendiri. Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah dengan mengadakan pembaharuan kurikulum pendidikan nasional sesuai dengan perkembangan jaman.

Pada saat ini pemerintah telah menerapkan kebijakan pelaksanaan kurikulum baru yang  disesuaikan  dengan tuntutan jaman. Kebijakan itu ditandai dengan pelaksanaan Kurikulum tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) secara nasional. Kurikulum ini menjadi pedoman bagi guru dalam kegiatan pembelajaran untuk semua mata pelajaran, salah satunya mata pelajaran Matematika. Mata pelajaran Matematika  perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari SD  untuk membekali peserta didik dengan kemampuan  berpikir logis, analitis, sistimatis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Selain itu agar peserta didik dapat mengembangakan kemampuan menggunakan matematika dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain. Itulah kompetensi dasar yang harus dimiliki peserta didik setelah       belajar matematika sesuai dengan kurikulum yang digunakan. Adapun jumlah jam mata pelajaran Matematika di SD setiap minggunya adalah  6 jam pelajaran  @ 30 menit 
   Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran guru harus berpedoman pada kurikulum tersebut, sehingga diharapkan siswa dapat mencapai standar kompetensi  mata pelajaran Matematika yang sudah ditetapkan disertai dengan  prestasi yang membanggakan. Agar tercapai tujuan tersebut, guru dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam kegiatan pembelajaran, baik dalam penggunaan media maupun dalam strategi dan pendekatan pembelajaran itu sendiri. Dengan strategi dan pendekatan serta penggunaan media pembelajaran yang tepat, guru akan dapat menciptakan suasana belajar yang bermakna dan menyenangkan bagi siswa.  Belajar akan lebih bermakna dan menyenangkan bagi siswa bila siswa mengalami apa yang dipelajarinya serta  ditunjang dengan media pembelajaran yang menarik dan menantang. Oleh karena itu, agar siswa dapat termotivasi untuk melakukan pembelajaran dan mengalami apa yang dipelajarinya, diperlukan Strategi dan Pendekatan yang tepat.
   Pada saat ini telah dikembangkan suatu pendekatan dimana guru dituntut            untuk dapat mengkaitkan materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya      dengan penerapannya dalam kehidupan mereka. Pendekatan ini kita kenal dengan istilah pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL). Pendekatan kontekstual ini dapat diterapkan dalam pembelajaran untuk semua mata pelajaran.
   Berdasasarkan uraian di atas penulis mencoba menyajikan makalah ini berjudul ”PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR  SISWA DALAM MATERI PELAJARAN PECAHAN SEDERHANA DI  KELAS III SD ”. Laporan  ini merupakan hasil penelitian tindakan kelas dalam  Mata Pelajaran Matematika  di SD  ........................


B.      Rumusan Masalah
            Perumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat, pertanyaan-pertanyaan apa saja yang ingin kita carikan jawabannya (Mahyupi dkk,2003:13). Berdasarkan pernyataan di atas, maka perlu adanya rumusan beberapa pertanyaan yang khusus sesuai dengan pembatasan masalah, adapun rumusan masalah sebagai berikuat :
1.      Bagaimanakah penerapan pendekatan Kontesktual pada pembelajaran Pecahan Sederhana di kelas III SD .................Kec................ ?
2.      Apakah penerapan pendekatan Kontekstual dapat meningkatkan  hasil Belajar Pecahan Sederhana di kelas III SD .................Kec................ ?

C.      Tujuan Penelitian
Sesuai     dengan    permasalahan      yang    akan   dipecahkan     dalam     Penelitian Tindakan Kelas, maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai     berikut.
1.         Ingin meningkatkan keaktifan siswa kelas III pada pokok bahasan         Pecahan Sederhana.
2.         Ingin meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas III dalam         mengerjakan soal-soal pada pokok bahasan Pecahan Sederhana.

D.     Manfaat Hasil Penelitian
Manfaat hasil penelitian yang diharapkan adalah sebagai berikut.
1.  Bagi siswa:
a)  Untuk meningkatkan keaktifan   dan kreativitas siswa  kelas  III  dalam  belajar  matematika.
b) Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas III dalam pelajaran matematika.
2.  Bagi Guru:
a)   Merupakan  upaya   dari  guru  untuk   meningkatkan    kemampuan            belajar dan hasil belajar siswa pada pelajaran matematika. 
b)   Merupakan     inovasi  model    pembelajaran   matematika    oleh  dan              untuk    guru  khususnya    pada   penerapan    Pendekatan Kontekstual.
3.  Bagi Sekolah:
a)  Diharapkan    dapat  meningkatkan    prestasi  siswa  khususnya   pada              mata pelajaran matematika.
b)  Diperoleh    panduan   yang   inovatif  model   pembelajaran   dengan             Pendekatan  Pendekatan Kontekstual.
c)  dan diharapkan dapat dipakai untuk kelas-kelas yang lain.  
                                             
E.      Kajian Teoretis
1.      Pengertian Pendekatan Kontekstual
            Pendekatan Kontekstual  (Contextual Teaching and Learning atau CTL) adalah merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa.
            Proses pembelajaran berlansung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil Dalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru. Begitulah  peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual.
      Ada kecendrungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan memgetahuinya.
            Pendekatan kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan pemikiran tentang belajar sebagai berikut.
a.       Proses belajar.
1)   Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkontruksi   pengetahuan di benak mereka.  Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru.
2)    Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki sesorang itu   terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan.
3)   Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta       atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan             keterampilan yang      dapat  diterapkan.
4)    Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi     situasi baru.
5)    Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.
6)   Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi     pengetahuan dan  keterampilan sesorang.

b.      Transfer Belajar
1)      Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian          orang lain.
2)      Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang      terbatas  (sedikit demi sedikit)
3)      Penting bagi siswa tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana ia    menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu
c.       Siswa sebagai Pembelajar
1)      Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu, dan seorang anak mempunyai kecenderungan  untuk belajar dengan cepat hal- hal baru.
2)       Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari       sesuatu   yang baru.  Akan tetapi, untuk hal-hal yang sulit, strategi                                                     belajar amat penting.
3)       Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara     yang baru  dan yang sudah diketahui.
Tugas guru memfasilitasi agar                                                        informasi baru bermakna, memberi kesempatan kepada siswa untuk  menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri, dan menyadarkan siswa                                                                                                untuk menerapkan strategi mereka sendiri.
d.      Pentingnya Lingkungan Belajar
1)      Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari guru akting di depan kelas, siswa menonton ke siswaakting bekerja dan berkarya, guru mengarahkan.
2)      Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan baru mereka.Strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya.
3)      Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian yang benar.
4)      Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok penting.

2.      Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional
a. Pendekatan Kontekstual
1)      Menyandarkan pada pemahaman makna.
2)      Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa.
3)      Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran
4)      Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata/masalah yang disimulasikan.
5)      Selalu mengkaitkan informasi dengan pengetahuan yang telah    dimiliki siswa.
6)      Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang.
7)      Siswa menggunakan waktu belajarnya untuk menemukan, menggali, berdiskusi, berpikir kritis, atau mengerjakan proyek dan pemecahan masalah (melalui kerja kelompok).
8)      Perilaku dibangun atas kesadaran diri.
9)      Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman.
10)  Hadiah dari perilaku baik adalah kepuasan diri yang bersifat subyektif.
11)  Siswa tidak melakukan hal yang buruk karena sadar hal tersebut merugikan.
12)  Perilaku baik berdasarkan motivasi intrinsik.
13)  Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks dan setting.
14)  Hasil belajar diukur melalui penerapan penilaian autentik

b.  Pendekatan Tradisional
1)       Menyandarkan pada hapalan
2)       Pemilihan informasi lebih banyak ditentukan oleh guru.
3)       Siswa secara pasif menerima informasi, khususnya dari guru.
4)       Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis, tidak bersandar pada             realitas  kehidupan.
5)       Memberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai saatnya             diperlukan.
6)       Cenderung terfokus pada satu bidang (disiplin) tertentu.
7)      Waktu belajar siswa sebagian besar dipergunakan untuk mengerjakan   buku tugas, mendengar ceramah, dan mengisi latihan (kerja          individual).
8)       Perilaku dibangun atas kebiasaan.
9)       Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan.
10)   Hadiah dari perilaku baik adalah pujian atau nilai rapor.
11)   Siswa tidak melakukan sesuatu yang buruk karena takut akan     hukuman.
12)   Perilaku baik berdasarkan motivasi intrinsik.
13)   Pembelajaran  terjadi hanya  di dalam ruangan kelas.
14)  Hasil belajar diukur melalui kegiatan akademik dalam bentuk tes/ujian/ulangan.

  1. Tujuh Komponen Pembelajaran Kontekstual
a.      Konstruktivisme
      Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru   berdasar ada pengetahuan awal. Pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstrukI, bukan menerima pengetahuan.
b. Inquiry
      Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman.. Siswa                 belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis
c. Questioning ( Bertanya )
Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry.
d. Learning Community ( Masyarakat Belajar )
Sekelompok orang yang terikat dalam  kegiatan belajar  bekerja sama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri.  Tukar pengalaman.  (Berbagi ide).
e.  Modeling ( Permodelan )
Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir,bekerja dan  belajar. Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya.
f.  Reflektion ( Refleksi )
Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari. Mencatat apa  yang telah  dipelajari. Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok.
g. Authentic Assessment (Penilaian yang sebenarnya)
Penilaian dilakukan untuk mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa, penilaian produk (kinerja), dan tugas-tugas yang relevan dengan konteks.

4.      Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
a. Menyenangkan, tidak membosankan
b. Belajar dengan bergairah
c.  Pembelajaran terintegrasi
d. Menggunakan berbagai sumber
e. Siswa aktif, /Sharing/ dengan teman
f.   Siswa kritis guru kreatif
g. Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta,    gambar, artikel, humor dan lain-lain
h. Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa,  laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain.

  1. Kerangka Berpikir
Mata pelajaran Matematika  perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari SD  untuk membekali peserta didik dengan kemampuan  berpikir logis, analitis, sistimatis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Selain itu agar peserta didik dapat mengembangakan kemampuan menggunakan matematika dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain. Itulah kompetensi dasar yang harus dimiliki peserta didik setelah belajar matematika sesuai dengan kurikulum yang digunakan.
Agar peserta didik mampu memiliki kompetensi dasar di atas, maka tugas seorang gurulah untuk mengelolanya dalam bentuk pembelajaran yang menarik dan bermakna. Oleh karena itu, pada kegiatan pembelajaran guru harus mampu menerapkan berbagai pendekatan yang relevan dan efektif dalam pelaksanaanya.
Dalam penelitian  ini penulis sebagai guru SD ......................  mencoba menyajikan penerapkan  pendekatan kontekstual pada pembelajaran pecahan sederhana di kelas III SD ...................  Bagaimanakan penerapan pendekatan kontektual dalam pembelajaran pecahan sederhana? Apakah penerapan pendekatan kontektual dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi peserta didik?
Sebagai jawaban diri permasalahan di atas, penulis sajikan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2013 di SD ........................................

F.       BAB III METODE PENELITIAN
  1. Objek Tindakan
Objek tindakan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terhadap aktivitas pembelajaran di Kelas adalah siswa Kelas III SD .................  sebanyak 36 siswa, yang terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan.

  1. Subjek dan Lokasi Penelitian
Subyek penelitian utama dalam PTK ini adalah aktivitas pembelajaran tentang perkembangan penerapan pendekatan kontekstual dengan menggunakan pendekatan belajar aktif atau active learning. Adapun lokasi penelitian bertempat di SD .........................Kec .......... Kabupaten ..............

  1. Metode Pengumpulan Data
Depdiknas (2003: 8) memaparkan  bahwa yang dimaksud dengan Penelitian Tindakan Kelas,  adalah sebagai berikut:
PTK ialah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan sampai dengan penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar-mengajar, untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan (Depdiknas, 2003 : 8).

     Menurut Hardjodipuro (dalam Depdiknas, 2003 : 7) diungkapkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas atau Classroom Action Research adalah suatu pendekatan untuk memperbaiki pendidikan melalui perubahan, dengan mendorong para guru untuk memperbaiki pendidikan melalui perubahan dengan mendorong para guru untuk memikirkan praktik mengajarnya sendiri, agar kritis terhadap praktik tersebut, dan agar mau untuk mengubahnya.
Berdasarkan pada pendapat para ahli di atas, penulis dapat menarik kesimpulan  bahwa Penelitian Tindakan Kelas  adalah suatu penelitian yang sistematis, logis, faktual dan akurat terhadap tindakan yang dilakukan guru dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan hasil belajar dan memperbaiki kondisi pembelajaran  yang dilakukan guru. Penelitian Tindakan Kelas bukan hanya pada kegiatan mengajar semata, tetapi  Penelitian Tindakan Kelas  juga  mempunyai makna sadar dan kritis terhadap mengajar, dan menggunakan kesadaran kritis terhadap dirinya sendiri untuk bersiap terhadap perubahan dan perbaikan proses pembelajaran. Penelitian Tindakan Kelas  akan mendorong guru untuk berani bertindak dan berpikir kritis dalam mengembangkan teori dan rasional bagi mereka sendiri, dan bertanggung jawab mengenai pelaksanaan tugasnya secara profesional.
     Dengan dilaksanakannya Penelitian Tindakan Kelas oleh guru, ini berarti bahwa guru juga berkedudukan sebagai peneliti, yang senantiasa bersedia meningkatkan kualitas kemampuan mengajarnya. Upaya peningkatan kualitas tersebut diharapkan dilakukan secara sistematis, realistis, dan rasional, yang disertai dengan meneliti aktivitasnya di depan kelas sehingga gurulah yang tahu persis kekurangan dan kelebihannya dari seluruh aktivitas pembelajaran yang dilaksanakannya.
Ada beberapa alasan mengapa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) penulis pilih sebagai metode penelitian pada penerapan pembelajaran aktifl yang menjadi fokus kajian dalam penelitian ini,  yaitu:
(1) PTK sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka dan tanggap terhadap dinamika pembelajaran di kelas; (2) PTK dapat meningkatkan kinerja guru; (3) guru mampu memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang dalam terhadap apa yang terjadi di kelasnya; (4) Pelaksanaan PTK tidak mengganggu tugas pokok seorang guru karena dia tidak perlu meninggalkan kelasnya; dan (5) guru menjadi kreatif karena selalau dituntut untuk melakukan upaya-upaya inovasi sebagai implementasi dan adaptasi berbagai teori dan teknik pembelajaran serta bahan ajar yang dipalkainya (Depdiknas, 2003 : 9).

Penelitian Tindakan Kelas sangat tepat untuk digunakan dalam pembelajaran belajar aktif  untuk meningkatkan hasil pembelajaran Kenampakan Aalam Dunia  pada mata pelajaran Matematika  di Sekolah Dasar. Dalam hal ini, di SD ................Kec. ..................Kab ....................   yang menjadi tempat dan lokasi penelitian.
Model Penelitian Tindakan Kelas yang dikembangkan Kemmis dan McTaggart, ada beberapa kegiatan atau langkah yang dilakukan sesudah suatu siklus selesai diimplementasikan, khususnya sesudah adanya refleksi, kemudian diikuti dengan adanya perencanaan ulang (replanning) atau revisi terhadap implementasi siklus sebelumnya. Selanjutnya, berdasarkan perencanaan ulang (replanning) tersebut dilaksanakan dalam siklus tersendiri. Demikian untuk seterusnya, satu siklus diikuti dengan siklus berikutnya. Sehingga Penelitian Tindakan Kelas yang dikembangkan Kemmis dan McTaggart dapat dilakukan dengan beberapa kali siklus. Pada kegiatan  refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil atau dampak dari tindakan dari berbagai kriteria.
Langkah-langkah kegiatan yang dilakukan pada Model Kemmis dan McTaggar, adalah sebagai berikut:
(1)   Rencana (Planning) :  
Rencana yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau mengubah perilaku serta sikap sebagai solusi atau pemecahan masalah;  
(2)   Tindakan (Action) :
Tindakan apa yang akan dilakukan oleh guru sebagai peneliti untuk mengadakan perbaikan, perubahan dalam upaya meningkatkan kualitas dan hasil pembelajaran;
(3)   Observasi (Observinng): 
Mengamati  secara   seksama   atas   dampak  dari tindakan yang dilakukan atau dikenakan terhadap  kegiatan pembelajaran di kelas dengan menggunakan pendekatan belajar aktif;
(4)   Refleksi (Reflecting).   
Penelitian     diarahkan   untuk mengkaji, melihat atas dampak dan hasil dari tindakan dari berbagai sudut penilaian sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Didasarkan pada hasil repleksi, peneliti dan para guru secara bersama-sama melakukan perbaikan terhadap perencanaan dan implementasi tindakan yang telah dilakukan.

  1. Metode Analisis Data
                  Dalam mengumpulkan dan mengolah data, penulis menggunakan  berbagai teknik penelitian untuk mendapatkan atau menjaring data penelitian. Teknik penelitian yang digunakan adalah telaah pustaka,  observasi, dan teknik pemecahan masalahan atau problem solving.
                  Pelaksanaan penelitian, diawali dengan mengidentifikasi permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran kenampakan alam dunia  dengan menggunakan pendekatan belajar aktif. Kegiatan ini dilaksanakan pada tahap pra siklus, untuk selanjutnya fakta permasalahan tersebut diidentifikasi dengan menggunakan tindakan berdasarkan langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Kemmis dan McTaggart.  Penggunaan  PTK model Kemmis dan McTaggart, penulis beranggapan model ini mudah dipahami dan langkah-langkah kegiatannya jelas. Langkah-langkah kegiatan  yang penulis rancang sesuai dengan  siklus tindakan perbaikan yang dikembangkan Kemmis dan McTaggart.

  1. Instrumen Penelitian
                 Arikunto (1999: 173) mengemukakan bahwa “respon dan adalah alat pada waktu peneliti menggunakan metode”. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa respon dan, seperti wawancara, observasi, dan  dokumentasi.  
a)      Wawancara
           Teknik wawancara penulis gunakan untuk mengetahui tentang minat belajar, antusiasme, respon dan reaksi siswa terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan.

b)     Observasi
        Kegiatan observasi dilakukan untuk mengamati secara cermat dan langsung terhadap objek dan subjek penelitian untuk mendapatkan gambaran yang nyata tentang aktivitas pembelajaran yang dilaksanakan.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Suharsimi,  (1996) . Prosedur Penelitian.  Jakarta;  Rineka Cipta.

---------, Suharjono, Supardi. (2006). Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta; PT Bumi Aksara.

Depdiknas, Buku Topik 5. ( 2006).  Penyusunan Usulan Penelitian Tindakan Kelas             (PTK),  Jakarta.

Depdikbud. (1999).  Penelitian Tindakan Kelas. Tim Pelatih Proyek PGSM

E. Yusnandar, Wijoyoko.  (2002).  Penelitian Tindakan kelas. UPI Kampus Serang

Hasan,Said Hamid.  (2003). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. ,Bandung,   Universitas Pendidikan Indonesia.

N. Sudirman. (1991). Ilmu Pendidikan.;  Bandung, Rosda Karya.

Paturochman, Pupuh, (2001) . Strategi Belajar Mengajar;: Bumi Aksara

Reostiyah. Strategi Belajar Mengajar.; IKIP Negeri Jakarta

Winarno.  Perencanaan Pembelajaran; Erlangga, Jakarta.

Saputra, Yudha M, Drs. M.Ed. (2001). Dasar-Dasar Keterampilan Atletik. Dirjen Dikdasmen dan Dirjen Olahraga

Suharjono, Azis Hoesein, dkk.(1996). Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah      di Bidang Pendidikan dan Angka Kredit Pengembangan Propesi          Widyaiswara.             Jakarta: Dedikbud, Dikdasmen.

Suharjono (2006), Laporan Penelitian Sebagai KTI, makalah pada penelitian pemingkatan          mutu guru dalam pengembangan profesi di Pusdiklat Diknas Sawangan, Jakarta,      Pebruari 2006.

Suherman , Adang. Drs., MA. (2001). Asesmen Belajar Dalam Pendidikan Jasmani,          Dirjen Dikdasmen dan Dirjen Olahraga

Sujana, Prof.DR.M.Sc (2002). Metoda Statistika. Tarsito, Bandung


TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Laporan PTK: PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA MATERI PEMBELAJARAN PECAHAN SEDERHANA DI KELAS III
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://newedukasi.blogspot.com/2013/11/laporan-ptk-penerapan-pendekatan.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.

0 komentar:

Posting Komentar

Tutorial SEO dan Blog support Online Shop Tas Wanita - Original design by Bamz | Copyright of NEW EDUCATIONS.