Laporan PTK: PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA MATERI PEMBELAJARAN PECAHAN SEDERHANA DI KELAS III
Jumat, 01 November 2013
0
komentar
A. Latar
Belakang Masalah
Pengelolaan pendidikan memegang peranan yang
teramat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Umaedi
(1999) mengatakan bahwa Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses
yang terintegrasi dengan proses
peningkatan kualitas sumber daya
manusia itu sendiri. Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan dengan
berbagai cara, diantaranya adalah dengan mengadakan pembaharuan kurikulum
pendidikan nasional sesuai dengan perkembangan jaman.
Pada saat ini pemerintah telah menerapkan kebijakan
pelaksanaan kurikulum baru yang
disesuaikan dengan tuntutan
jaman. Kebijakan itu ditandai dengan pelaksanaan Kurikulum tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) secara nasional. Kurikulum ini menjadi pedoman bagi guru
dalam kegiatan pembelajaran untuk semua mata pelajaran, salah satunya mata
pelajaran Matematika. Mata pelajaran Matematika
perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari SD untuk membekali peserta didik dengan
kemampuan berpikir logis, analitis,
sistimatis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Selain itu agar
peserta didik dapat mengembangakan kemampuan menggunakan matematika dalam
pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan
simbol, tabel, diagram, dan media lain. Itulah kompetensi dasar yang harus
dimiliki peserta didik setelah belajar
matematika sesuai dengan kurikulum yang digunakan. Adapun jumlah jam mata
pelajaran Matematika di SD setiap minggunya adalah
6 jam pelajaran @ 30 menit
Dalam pelaksanaan
kegiatan pembelajaran guru harus berpedoman pada kurikulum tersebut, sehingga diharapkan
siswa dapat mencapai standar kompetensi
mata pelajaran Matematika yang sudah ditetapkan disertai dengan prestasi yang membanggakan. Agar tercapai
tujuan tersebut, guru dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam kegiatan pembelajaran,
baik dalam penggunaan media maupun dalam strategi dan pendekatan pembelajaran
itu sendiri. Dengan strategi dan pendekatan serta penggunaan media pembelajaran
yang tepat, guru akan dapat menciptakan suasana belajar yang bermakna dan
menyenangkan bagi siswa. Belajar akan
lebih bermakna dan menyenangkan bagi siswa bila siswa mengalami apa yang
dipelajarinya serta ditunjang dengan
media pembelajaran yang menarik dan menantang. Oleh karena itu, agar siswa
dapat termotivasi untuk melakukan pembelajaran dan mengalami apa yang
dipelajarinya, diperlukan Strategi dan Pendekatan yang tepat.
Pada saat ini
telah dikembangkan suatu pendekatan dimana guru dituntut untuk dapat mengkaitkan materi
pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka. Pendekatan ini kita kenal dengan istilah pendekatan
Kontekstual atau Contextual Teaching and
Learning (CTL). Pendekatan kontekstual ini dapat diterapkan dalam
pembelajaran untuk semua mata pelajaran.
Berdasasarkan uraian
di atas penulis mencoba menyajikan makalah ini berjudul ”PENERAPAN
PENDEKATAN KONTEKSTUAL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATERI PELAJARAN PECAHAN
SEDERHANA DI KELAS III SD ”. Laporan ini
merupakan hasil penelitian tindakan kelas dalam
Mata Pelajaran Matematika di SD ........................
B.
Rumusan Masalah
Perumusan
masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat, pertanyaan-pertanyaan
apa saja yang ingin kita carikan jawabannya (Mahyupi dkk,2003:13). Berdasarkan
pernyataan di atas, maka perlu adanya rumusan beberapa pertanyaan yang khusus
sesuai dengan pembatasan masalah, adapun rumusan masalah sebagai berikuat :
1.
Bagaimanakah penerapan pendekatan Kontesktual
pada pembelajaran Pecahan Sederhana di
kelas III SD .................Kec................ ?
2.
Apakah penerapan pendekatan Kontekstual dapat
meningkatkan hasil Belajar Pecahan Sederhana di kelas III SD
.................Kec................ ?
C. Tujuan
Penelitian
Sesuai dengan
permasalahan yang akan
dipecahkan dalam Penelitian Tindakan Kelas, maka penelitian
ini mempunyai tujuan sebagai berikut.
1.
Ingin meningkatkan keaktifan siswa kelas III pada pokok
bahasan Pecahan Sederhana.
2.
Ingin meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas
III dalam mengerjakan soal-soal
pada pokok bahasan Pecahan
Sederhana.
D. Manfaat
Hasil Penelitian
Manfaat hasil
penelitian yang diharapkan adalah sebagai berikut.
1.
Bagi siswa:
a) Untuk meningkatkan keaktifan dan kreativitas siswa kelas
III dalam belajar
matematika.
b) Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas III dalam pelajaran matematika.
2.
Bagi Guru:
a) Merupakan upaya
dari guru untuk
meningkatkan kemampuan belajar dan hasil belajar siswa
pada pelajaran matematika.
b) Merupakan inovasi
model pembelajaran matematika
oleh dan untuk guru
khususnya pada penerapan
Pendekatan Kontekstual.
3.
Bagi Sekolah:
a) Diharapkan dapat
meningkatkan prestasi siswa
khususnya pada mata pelajaran matematika.
b) Diperoleh panduan
yang inovatif model
pembelajaran dengan Pendekatan Pendekatan Kontekstual.
c) dan diharapkan dapat dipakai
untuk kelas-kelas yang lain.
E. Kajian Teoretis
1.
Pengertian Pendekatan
Kontekstual
Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning atau CTL)
adalah merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi
yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu,
hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa.
Proses pembelajaran berlansung
alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer
pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan
daripada hasil Dalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu siswa
mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi
daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang
bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa).
Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru.
Begitulah peran guru di kelas yang
dikelola dengan pendekatan kontekstual.
Ada
kecendrungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar
lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika
anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan memgetahuinya.
Pendekatan kontekstual mendasarkan
diri pada kecenderungan pemikiran tentang belajar sebagai berikut.
a.
Proses
belajar.
1) Belajar
tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkontruksi pengetahuan di benak mereka. Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat
sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja
oleh guru.
2) Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang
dimiliki sesorang itu terorganisasi dan
mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan.
3) Pengetahuan
tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat
diterapkan.
4) Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam
menyikapi situasi baru.
5) Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah,
menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.
6) Proses
belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu berjalan
terus seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan
dan keterampilan sesorang.
b.
Transfer
Belajar
1) Siswa
belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain.
2) Keterampilan
dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sedikit demi
sedikit)
3) Penting
bagi siswa tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana ia menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu
c. Siswa
sebagai Pembelajar
1) Manusia
mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu, dan seorang anak
mempunyai kecenderungan untuk belajar
dengan cepat hal- hal baru.
2) Strategi
belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang baru. Akan tetapi, untuk hal-hal yang sulit, strategi
belajar
amat penting.
3) Peran
orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara yang baru dan yang sudah
diketahui.
Tugas
guru memfasilitasi agar informasi
baru bermakna, memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri, dan
menyadarkan siswa untuk
menerapkan strategi mereka sendiri.
d. Pentingnya
Lingkungan Belajar
1) Belajar
efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari guru
akting di depan kelas, siswa menonton ke siswaakting bekerja dan berkarya, guru
mengarahkan.
2) Pengajaran
harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan baru
mereka.Strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya.
3) Umpan
balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian yang benar.
4) Menumbuhkan
komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok penting.
2.
Perbedaan
Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional
a. Pendekatan
Kontekstual
1) Menyandarkan
pada pemahaman makna.
2) Pemilihan
informasi berdasarkan kebutuhan siswa.
3) Siswa
terlibat secara
aktif dalam proses pembelajaran
4)
Pembelajaran
dikaitkan dengan kehidupan nyata/masalah yang disimulasikan.
5)
Selalu
mengkaitkan informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki
siswa.
6)
Cenderung
mengintegrasikan beberapa bidang.
7)
Siswa
menggunakan waktu belajarnya untuk menemukan, menggali, berdiskusi, berpikir kritis,
atau mengerjakan proyek dan pemecahan masalah (melalui kerja kelompok).
8) Perilaku
dibangun atas kesadaran diri.
9) Keterampilan
dikembangkan atas dasar pemahaman.
10) Hadiah
dari perilaku baik adalah kepuasan diri yang bersifat subyektif.
11) Siswa
tidak melakukan hal yang buruk karena sadar hal tersebut merugikan.
12) Perilaku
baik berdasarkan motivasi intrinsik.
13) Pembelajaran
terjadi di berbagai tempat, konteks dan setting.
14) Hasil belajar diukur melalui
penerapan penilaian autentik
b. Pendekatan
Tradisional
1) Menyandarkan pada hapalan
2) Pemilihan informasi lebih banyak ditentukan
oleh guru.
3) Siswa secara pasif menerima informasi,
khususnya dari guru.
4) Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis,
tidak bersandar pada realitas kehidupan.
5) Memberikan tumpukan informasi kepada siswa
sampai saatnya diperlukan.
6) Cenderung terfokus pada satu bidang (disiplin)
tertentu.
7) Waktu
belajar siswa sebagian besar dipergunakan untuk mengerjakan buku tugas, mendengar ceramah, dan mengisi
latihan (kerja individual).
8) Perilaku dibangun atas kebiasaan.
9) Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan.
10) Hadiah dari perilaku baik adalah pujian atau
nilai rapor.
11) Siswa tidak melakukan sesuatu yang buruk
karena takut akan hukuman.
12) Perilaku baik berdasarkan motivasi intrinsik.
13) Pembelajaran
terjadi hanya di dalam ruangan
kelas.
14) Hasil
belajar diukur melalui kegiatan akademik dalam bentuk tes/ujian/ulangan.
- Tujuh Komponen Pembelajaran Kontekstual
a. Konstruktivisme
Membangun
pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar
ada pengetahuan awal. Pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstrukI,
bukan menerima pengetahuan.
b. Inquiry
Proses perpindahan dari pengamatan menjadi
pemahaman.. Siswa belajar
menggunakan keterampilan berpikir kritis
c. Questioning ( Bertanya )
Kegiatan guru
untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa
yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry.
d.
Learning Community ( Masyarakat Belajar )
Sekelompok orang yang
terikat dalam kegiatan belajar bekerja sama dengan orang lain lebih baik
daripada belajar sendiri. Tukar
pengalaman. (Berbagi ide).
e.
Modeling ( Permodelan )
Proses penampilan suatu
contoh agar orang lain berpikir,bekerja dan belajar. Mengerjakan apa yang guru inginkan
agar siswa mengerjakannya.
f.
Reflektion ( Refleksi )
Cara berpikir tentang apa
yang telah kita pelajari. Mencatat apa
yang telah dipelajari. Membuat
jurnal, karya seni, diskusi kelompok.
g. Authentic Assessment (Penilaian
yang sebenarnya)
Penilaian dilakukan untuk
mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa, penilaian produk (kinerja), dan
tugas-tugas yang relevan dengan konteks.
4.
Karakteristik
Pembelajaran Kontekstual
a. Menyenangkan, tidak
membosankan
b. Belajar dengan bergairah
c. Pembelajaran terintegrasi
d. Menggunakan berbagai
sumber
e. Siswa aktif, /Sharing/
dengan teman
f. Siswa kritis guru kreatif
g. Dinding dan
lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain
h. Laporan kepada orang tua
bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan
lain-lain.
- Kerangka Berpikir
Mata
pelajaran Matematika perlu diberikan
kepada semua peserta didik mulai dari SD untuk membekali peserta didik dengan
kemampuan berpikir logis, analitis,
sistimatis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Selain itu agar
peserta didik dapat mengembangakan kemampuan menggunakan matematika dalam
pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan
simbol, tabel, diagram, dan media lain. Itulah kompetensi dasar yang harus
dimiliki peserta didik setelah belajar matematika sesuai dengan kurikulum yang
digunakan.
Agar
peserta didik mampu memiliki kompetensi dasar di atas, maka tugas seorang
gurulah untuk mengelolanya dalam bentuk pembelajaran yang menarik dan bermakna.
Oleh karena itu, pada kegiatan pembelajaran guru harus mampu menerapkan berbagai
pendekatan yang relevan dan efektif dalam pelaksanaanya.
Dalam
penelitian ini penulis sebagai
guru SD ...................... mencoba menyajikan penerapkan pendekatan kontekstual pada pembelajaran
pecahan sederhana di kelas III SD ................... Bagaimanakan penerapan pendekatan kontektual
dalam pembelajaran pecahan sederhana? Apakah penerapan pendekatan kontektual
dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi peserta didik?
Sebagai
jawaban diri permasalahan di atas, penulis sajikan hasil penelitian tindakan
kelas yang dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2013 di SD
........................................
F.
BAB III METODE PENELITIAN
- Objek
Tindakan
Objek tindakan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terhadap aktivitas
pembelajaran di Kelas adalah siswa Kelas III SD ................. sebanyak 36
siswa, yang terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 18 siswa
perempuan.
- Subjek
dan Lokasi Penelitian
Subyek penelitian utama dalam PTK ini adalah aktivitas pembelajaran tentang
perkembangan penerapan pendekatan kontekstual dengan
menggunakan pendekatan belajar aktif atau active learning. Adapun lokasi
penelitian bertempat di SD .........................Kec .......... Kabupaten
..............
- Metode
Pengumpulan Data
Depdiknas (2003: 8) memaparkan
bahwa yang dimaksud dengan Penelitian Tindakan Kelas, adalah sebagai berikut:
PTK ialah suatu
penelitian yang dilakukan secara sistematis terhadap berbagai tindakan yang
dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya suatu
perencanaan sampai dengan penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang
berupa kegiatan belajar-mengajar, untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang
dilakukan (Depdiknas, 2003 : 8).
Menurut Hardjodipuro (dalam
Depdiknas, 2003 : 7) diungkapkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas atau Classroom Action Research adalah suatu
pendekatan untuk memperbaiki pendidikan melalui perubahan, dengan mendorong
para guru untuk memperbaiki pendidikan melalui perubahan dengan mendorong para
guru untuk memikirkan praktik mengajarnya sendiri, agar kritis terhadap praktik
tersebut, dan agar mau untuk mengubahnya.
Berdasarkan pada pendapat para ahli di atas, penulis dapat menarik
kesimpulan bahwa Penelitian Tindakan
Kelas adalah suatu penelitian yang
sistematis, logis, faktual dan akurat terhadap tindakan yang dilakukan guru
dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan hasil belajar dan memperbaiki
kondisi pembelajaran yang dilakukan
guru. Penelitian Tindakan Kelas bukan hanya pada kegiatan mengajar semata,
tetapi Penelitian Tindakan Kelas juga
mempunyai makna sadar dan kritis terhadap mengajar, dan menggunakan
kesadaran kritis terhadap dirinya sendiri untuk bersiap terhadap perubahan dan
perbaikan proses pembelajaran. Penelitian Tindakan Kelas akan mendorong guru untuk berani bertindak
dan berpikir kritis dalam mengembangkan teori dan rasional bagi mereka sendiri,
dan bertanggung jawab mengenai pelaksanaan tugasnya secara profesional.
Dengan dilaksanakannya Penelitian
Tindakan Kelas oleh guru, ini berarti bahwa guru juga berkedudukan sebagai peneliti, yang senantiasa bersedia
meningkatkan kualitas kemampuan mengajarnya. Upaya peningkatan kualitas tersebut
diharapkan dilakukan secara sistematis, realistis, dan rasional, yang disertai
dengan meneliti aktivitasnya di depan kelas sehingga gurulah yang tahu persis
kekurangan dan kelebihannya dari seluruh aktivitas pembelajaran yang
dilaksanakannya.
Ada beberapa alasan mengapa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) penulis pilih
sebagai metode penelitian pada penerapan pembelajaran aktifl yang menjadi fokus
kajian dalam penelitian ini, yaitu:
(1) PTK sangat
kondusif untuk membuat guru menjadi peka dan tanggap terhadap dinamika
pembelajaran di kelas; (2) PTK dapat meningkatkan kinerja guru; (3) guru mampu
memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang dalam terhadap apa
yang terjadi di kelasnya; (4) Pelaksanaan PTK tidak mengganggu tugas pokok
seorang guru karena dia tidak perlu meninggalkan kelasnya; dan (5) guru menjadi
kreatif karena selalau dituntut untuk melakukan upaya-upaya inovasi sebagai
implementasi dan adaptasi berbagai teori dan teknik pembelajaran serta bahan
ajar yang dipalkainya (Depdiknas, 2003 : 9).
Penelitian Tindakan Kelas sangat tepat untuk digunakan dalam pembelajaran
belajar aktif untuk meningkatkan hasil
pembelajaran Kenampakan Aalam Dunia pada
mata pelajaran Matematika di Sekolah
Dasar. Dalam hal ini, di SD ................Kec. ..................Kab
.................... yang menjadi tempat dan lokasi penelitian.
Model Penelitian Tindakan Kelas yang dikembangkan Kemmis dan McTaggart, ada
beberapa kegiatan atau langkah yang dilakukan sesudah suatu siklus selesai
diimplementasikan, khususnya sesudah adanya refleksi, kemudian diikuti dengan
adanya perencanaan ulang (replanning)
atau revisi terhadap implementasi siklus sebelumnya. Selanjutnya, berdasarkan
perencanaan ulang (replanning)
tersebut dilaksanakan dalam siklus tersendiri. Demikian untuk seterusnya, satu
siklus diikuti dengan siklus berikutnya. Sehingga Penelitian Tindakan Kelas
yang dikembangkan Kemmis dan McTaggart dapat dilakukan dengan beberapa kali
siklus. Pada kegiatan refleksi, peneliti
mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil atau dampak dari tindakan
dari berbagai kriteria.
Langkah-langkah kegiatan yang dilakukan pada Model Kemmis dan McTaggar,
adalah sebagai berikut:
(1) Rencana
(Planning) :
Rencana
yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau mengubah perilaku
serta sikap sebagai solusi atau pemecahan masalah;
(2) Tindakan
(Action) :
Tindakan
apa yang akan dilakukan oleh guru sebagai peneliti untuk mengadakan perbaikan,
perubahan dalam upaya meningkatkan kualitas dan hasil pembelajaran;
(3) Observasi
(Observinng):
Mengamati secara
seksama atas dampak
dari tindakan yang dilakukan atau dikenakan terhadap kegiatan pembelajaran di kelas dengan
menggunakan pendekatan belajar aktif;
(4) Refleksi
(Reflecting).
Penelitian diarahkan
untuk mengkaji, melihat atas dampak dan hasil dari tindakan dari
berbagai sudut penilaian sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Didasarkan pada hasil repleksi, peneliti dan para guru secara bersama-sama
melakukan perbaikan terhadap perencanaan dan implementasi tindakan yang telah
dilakukan.
- Metode
Analisis Data
Dalam
mengumpulkan dan mengolah data, penulis menggunakan berbagai teknik penelitian untuk mendapatkan
atau menjaring data penelitian. Teknik penelitian yang digunakan adalah telaah
pustaka, observasi, dan teknik pemecahan
masalahan atau problem solving.
Pelaksanaan penelitian,
diawali dengan mengidentifikasi permasalahan yang muncul dalam proses
pembelajaran kenampakan alam dunia
dengan menggunakan pendekatan belajar aktif. Kegiatan ini dilaksanakan pada tahap pra siklus, untuk
selanjutnya fakta permasalahan tersebut diidentifikasi dengan menggunakan
tindakan berdasarkan langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model
Kemmis dan McTaggart. Penggunaan PTK model Kemmis dan McTaggart, penulis
beranggapan model ini mudah dipahami dan langkah-langkah kegiatannya jelas.
Langkah-langkah kegiatan yang penulis
rancang sesuai dengan siklus tindakan
perbaikan yang dikembangkan Kemmis dan McTaggart.
- Instrumen Penelitian
Arikunto (1999: 173) mengemukakan bahwa
“respon dan adalah alat pada waktu peneliti menggunakan metode”. Dalam
penelitian ini, penulis menggunakan beberapa respon dan, seperti wawancara,
observasi, dan dokumentasi.
a)
Wawancara
Teknik wawancara penulis gunakan
untuk mengetahui tentang minat belajar, antusiasme, respon dan reaksi siswa
terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan.
b)
Observasi
Kegiatan observasi dilakukan untuk
mengamati secara cermat dan langsung terhadap objek dan subjek penelitian untuk
mendapatkan gambaran yang nyata tentang aktivitas pembelajaran yang
dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi, (1996) . Prosedur Penelitian. Jakarta;
Rineka Cipta.
---------, Suharjono, Supardi.
(2006). Penelitian Tindakan Kelas,
Jakarta; PT Bumi Aksara.
Depdiknas, Buku Topik 5. (
2006). Penyusunan Usulan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), Jakarta.
Depdikbud. (1999).
Penelitian Tindakan Kelas.
Tim Pelatih Proyek PGSM
E. Yusnandar, Wijoyoko. (2002).
Penelitian Tindakan kelas.
UPI Kampus Serang
Hasan,Said Hamid. (2003). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. ,Bandung, Universitas
Pendidikan Indonesia.
N. Sudirman. (1991). Ilmu Pendidikan.; Bandung, Rosda Karya.
Paturochman, Pupuh, (2001) . Strategi Belajar Mengajar;: Bumi Aksara
Reostiyah. Strategi Belajar Mengajar.; IKIP Negeri Jakarta
Winarno. Perencanaan Pembelajaran; Erlangga,
Jakarta.
Saputra, Yudha M, Drs. M.Ed.
(2001). Dasar-Dasar
Keterampilan Atletik. Dirjen Dikdasmen dan Dirjen Olahraga
Suharjono, Azis Hoesein,
dkk.(1996). Pedoman Penyusunan Karya
Tulis Ilmiah di Bidang Pendidikan dan
Angka Kredit Pengembangan Propesi Widyaiswara.
Jakarta: Dedikbud, Dikdasmen.
Suharjono (2006), Laporan Penelitian Sebagai KTI, makalah pada penelitian pemingkatan mutu guru dalam pengembangan profesi di
Pusdiklat Diknas Sawangan, Jakarta, Pebruari
2006.
Suherman , Adang. Drs., MA.
(2001). Asesmen Belajar Dalam
Pendidikan Jasmani, Dirjen
Dikdasmen dan Dirjen Olahraga
Sujana, Prof.DR.M.Sc (2002). Metoda Statistika. Tarsito, Bandung
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Laporan PTK: PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA MATERI PEMBELAJARAN PECAHAN SEDERHANA DI KELAS III
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://newedukasi.blogspot.com/2013/11/laporan-ptk-penerapan-pendekatan.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar:
Posting Komentar